Senin, 21 Oktober 2013

Sonet



Tak Ada yang Sempurna           
Karya: Rifqi I.M.


Sungguh sangat menyedihkan
Orang yang menganggap dirinya sempurna
Semua yang ada di dunia ini hanyalah titipan
Titipan untuk digunakan dengan sebaik-baiknya

Tentu kita pernah tertawa 
Tak jarang juga kita menangis merana 
Pahala selalu kita cari 
Dosa pun tak luput kita lakukan 

Kita selalu mengejar syurga 
Walaupun neraka harus dicicipi sebelumnya 
Tak jarang kita tergila-gila akan suka cita 
Tapi jangan lupa duka pun pasti ada 

Tak ada makhluk yang sempurna
Kesempurnaan hanyalah milik Tuha semata

Analisis Simbol dalam Cerpen 'Hills Like White Elephants'



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
Karya sastra merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Wellek dan Warren (1977) dalam bukunya Teori Kesusastraan menjelaskan bahwa sastra ‘menyajikan’ kehidupan, dan ‘kehidupan’ sebagian besar terdiri dari kenyataan sosial, walaupun karya sastra juga ‘meniru’ alam dan dunia subjektif manusia. Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Setiap karya sastra menggunakan simbol yang memiliki makna tersendiri. Simbol-simbol dalam karya sastra diungkapkan dalam bentuk bahasa yang khas. Puisi, prosa fiksi dan drama memiliki simbol-simbol tersendiri yang biasanya diungkapkan dalam bahasa yang digunakan penulis. Cerpen adalah salah satu prosa fiksi yang merupakan sebuah dunia simbol. Simbol-simbol yang digunakan penulis untuk mengungkapkan ide dan perasaannya tersebut memiliki makna tersendiri. Simbol-simbol itulah yang akan ditafsirkan atau dimaknai oleh pembaca.
Sesuatu dalam teks sastra mungkin dilihat sebagai simbol, mungkin juga tidak, itu bergantung pada interpretasi pembaca (Luxemburg, 1989:69). Pembaca berhak menafsirkan simbol-simbol tersebut secara arbriter. Ada pembaca yang melihat sesuatu dalam teks sastra tersebut sebagai simbol. Namun, ada pula pembaca yang tidak melihat sesuatu itu sebagai simbol. Dalam hal ini daya kritis pembaca sangat diperlukan. Pembaca yang kritis akan menemukan simbol-simbol yang mungkin tidak ditemukan oleh pembaca lain.
Dalam cerpen Hills like White Elephants ini terdapat beberapa simbol yang bisa ditafsirkan atau dimaknai oleh pembaca. Simbol-simbol tersebut perlu dimaknai agar pembaca lebih memahami maksud penulis atau isi dari cerpen. Dengan demikian, pembaca akan bisa menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis pada pembaca

1.2.     Rumusan Masalah
Inti dari permasalahn yang ada dalam makalah ini adalah :
2.1.       Apa yang dimaksud dengan symbol?
2.2.       Apa yang dimaksud dengan cerpen?
2.3.       Simbol apa saja yang ada dalam cerpen Hills like White Elephants?

1.3.     Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah yang diajukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, diantaranya :
3.1.       Untuk mengetahui pengertian simbol.
3.2.       Untuk mengetahui pengertian cerpen.
3.3.       Untuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam cerpen Hills like White Elephants.
  

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1.     Pengertian Simbol
Chaer (2002: 38) menjelaskan bahwa simbol adalah kata serapan yang berpadanan dengan kata Indonesia lambang. Simbol ataupun lambang adalah suatu konsep yang berada di dunia ide atau pikiran kita. Misalnya, kata “kursi” mewakili suatu konsep di pikiran berupa benda yang biasa digunakan sebagai tempat duduk. Jadi, symbol merupakan kata serapa yang maknanya sama dengan lambang. Lambang tersebut merupakan suatu konsep yang ada dalam pikiran seseorang tentang interpretasi terhadap suatu benda.
Berbeda dengan Spadley dan McCurdy dalam Supratno (2010: 27) yang menjelaskan bahwa simbol mempunyai makna yang luas, bahkan semua objek apa pun atau kejadian yang mempunyai makna dapat disebut simbol. Jadi, yang dimaksud dengan symbol menurut mereka adalah semua objek atau kejadian apapun yang mempunyai makna.
Sementara itu, Rahmanto dalam Sumarto (1984: 133) membedakan tiga simbol bahasa, yang pertama adalah simbol universal yang berkaitan dengan arketipus, misalnya tidur sebagai lambang kematian. Yang kedua adalah simbol kultural yang melatarbelakangi suatu kebudayaan tertentu. Dan yang terakhir adalah simbol individual di pakai ke dalam studi bahasa masyarakat dan lingkungan. Menurutnya, symbol dibagi kedalam tiga bagian, yakni simbol universal, simbol cultural dan simbol individual.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan simbol adalah suatu konsep atau interpretasi yang ada dalam pikiran seseorang terhadap suatu objek tertentu dan objek tersebut tidak tervisualisasikan secara langsung. Sehingga, para pembaca harus menginterpretasi menurut pikiran mereka masing-masing.
Dalam karya sastra kita harus bisa membedakan simbol dalam karya sastra dan simbolisme dalam karya sastra. Simbol dalam karya sastra adalah simbol-simbol yang ada dalam sebuah karya sastra. Simbol akan dimaknai berbeda oleh setiap orang tergantung bagaimana pembaca menginterpretasi terhadapa simbol tersebut. Selain mengungkapkan simbol, karya sastra sendiri adalah sebuah simbol verbal kebudayaan yang menyurat dan menyiratkan sebuah nilai tertentu. Oleh karena itu, kebudayaan bisa dipelajari melalui karya sastra. Sedangkan simbolisme dalam karya sastra adalah suatu aliran dalam kesusastraan, seperti yang dijelaskan oleh Wahyudi (1992 :85) bahwa simbolisme merupakan suatu aliran dalam kesusastraan yang menggambarkan pengalaman batin, pikiran, emosi, melalui objek-objek, kata-kata, bunyi-bunyi yang memunyai fungsi simbolik maksudya objek, kata, dan bunyi yang memunyai makna referensi. Penulis terkadang mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk simbol yang nantinya akan ditafsirkan atau dimaknai sendiri oleh pembaca.
2.2.     Pengertian Cerpen
Sumardjo dan Saini (1991:37) menjelaskan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentasi) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Jadi, definisi cerpen menurut Sumardjo dan Saini adalah sebuah tulisan yang buka berbentuk analisis dan bersifat fiktif, artinya cerita tersebut tidak benar-benar terjadi, hanya ilusi dari pengarangnya saja.
Sementara itu, Sayuti (1992:6) menjelaskan bahwa cerpen adalah prosa fiksi yang dibaca selesai dalam sekali duduk dan ceritanya cukup dapat membangkitkan efek tertentu dalam diri pembaca. Hal senada juga dijelaskan oleh Edgar Allan Poe dalam Nurgiyantoro (2007:10). Dia menjelaskan bahwa cerpen ialah sebuah cerita yang dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai satu jam. Menurut mereka, cerpen adalah sebuah cerita yang tidak benar-benar terjadi dan ceritanya dapat selesai dibaca dalam sekali duduk atau dalam waktu tiga puluh menit sampai dengan satu jam.  
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cerpen merupakan karya sastra yang mengungkapkan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang melalui bahasa. Cerpen adalah salah satu prosa fiksi yang merupakan sebuah dunia simbol. Dalam cerpen yang berisi cerita narasi yang fiktif dan relatif pendek yang bisa dibaca dalam sekali duduk memiliki bahasa yang khas yang mengungkapkan simbol.

   
BAB III
PEMBAHASAN

3.1.     Simbol-simbol yang terdapat dalam cerpen Hills like White Elephants
Dalam cerpen Hills like White Elephants terdapat banyak simbol yang digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tersirat pada cerpen itu. Hemmingway menjadikan simbol itu sebagai gambaran ide, pikiran atau perasaannya. Simbol itulah yang harus ditafsirkan atau dimaknai sendiri oleh pembaca. Simbol-simbol yang akan dibahas dalam kajian kali ini adalah sebagai berikut :
3.1.1.        Bukit-bukit bagai gajah putih
Simbol ini menggambarkan pikiran Jig yang berbukit-bukit yang dilihat dari kejauhan tampak seperti gajah putih karena pandangan si Amerika menganggap bahwa dengan adanya anak itu akan menimbulkan hambatan yang akan muncul di masa mendatang. Untuk menghindari hambatan yang akan muncul di masa yang akan datang itu, lelaki ini berusaha untuk membujuk Jig melakukan aborsi dengan menyajikan operasi sebagai prosedur sederhana. Selain itu, simbol ini juga dapat dianggap sebagai perubahan bentuk beberapa bagian tubuh wanita yang mengalami pembengkakan ketika mengandung atau hamil yaitu payudara bengkak dan perut wanita hamil. Dengan mimpi kehamilan ibu masa depan Budha, di mana gajah putih dalam hal ini merupakan simbol kepemimpinan bergengsi yang berarti kesuburan, jadi Jig memandang bahwa kehamilannya sebagai gajah putih yang berarti akan memberikan banyak kebaikan karena gajah putih berarti kesuburan, tetapi berbeda dengan pandangan lelaki Amerika mengenai gajah putih itu.


3.1.2.        Jalur rel yang melewati stasiun
Dalam paragraph pertama, memperkenalkan suasana tegang yang akan menyelimuti suasan cerita tersebut. Pada awalnya cerita terjadi di sebuah stasiun kereta di sebuah kota di Spanyol. Pasangan ini berada dalam kondisi yang bimbang dimana mereka harus membuat keputusan diantara dua pilihan, dua arah, seperti dua jalur rel yang melewati stasiun.
3.1.3.        Keterbukaan dan suasana sepi di stasiun
Simbol ini melambangkan keterbukaan dan suasana sepi di stasiun menyiratkan bahwa tidak ada jalan lain untuk mundur dari masalah yang sedang mereka hadapi.
Ketika gadis itu melihat bukit-bukit yang panjang dan putih dia mengatakan bahwa mereka terlihat seperti  gajah putih. Ketika ia melihat perbukitan itu ia
3.1.4.        Bukit-bukit yang panjang dan putih, Sungai Ebro, ladang gandum dan pepohonan
Warna putih melambangkan kepolosan dan kemurnianan anaknya yang belum lahir. Dia juga mengagumi pemandangan. Dalam cerpen tersebut diceritakan bahwa ada ladang gandum dan pepohonan sepanjang Sungai Ebro. Dan di sebrang sungai tersebut ada sebuah pegunungan yang menjulang tinggi. Ada juga bayangan awan yang bergerak menyebrangi ladang gandum. Hal-hal tersebut menggambarkan keindahan alam melalui simbol-simbol.
Simbol ladang gandum dan pepohonan mewakili kesuburan dan keberhasilan. Hal itu ia harapkan untuk kehidupannya di masa yang akan datang bersama dengan anaknya. Sungai Ebro juga mewakili kehidupan, sama seperti gadis itu yang menghargai panorama dan hubungannya dengan anaknya yang belum lahir itu.

3.1.5.        Bayangan awan dan sisi lembah kering yang tandus dan steril
Simbol bayangan awan mewakili aborsi janin yang menjadi baying-bayang pengganggu kebahagiaannya. Setelah bercakap-cakap dengan lelaki Amerika yang sedang melihat pemandangan itu dapat disimpulkan bahwa lelaki itu jelas mendukung aborsi dan segala sesuatu yang ia katakan hanyalah untuk membujuk si gadis itu untuk melakukan aborsi. Ketika dia melihat di sisi lembah kering, yang tandus dan steril melambangkan tubuh gadis itu setelah aborsi. Perdebatan itu berhenti sebentar ketika si gadis itu memohon kepada si America untuk berhenti berbicara. Lelaki ini menginginkan si gadis melakukan aborsi karena ia ingin tetap pada gaya hidupnya saat ini
3.1.6.        Stiker dari berbagai hotel dan rel kereta
Stiker dari berbagai hotel itu merupakan symbol dari kebiasaannya atau gaya hidupnya yang suka menginap di hotel dengan perempuan yang ia sukai. Karenanya, jika ia  membiarkan membiarkan gadis itu membesarkan kandungannya, berarti ia harus menetap dan membina keluarga dengan gadis itu beserta janinnya.
Simbol-simbol yang lain mengekspresikan ketegangan dan konflik di sekitar pasangan. Rel kereta membentuk garis pemisah antara hamparan tandus yang membentang kearah bukit-bukit di satu sisi dan lahan pertanian, hijau subur disisi lain, melambangkan pilihan yang di hadapi oleh masing-masing karakter utama dan interpretasi mereka yang berbeda dari dilema kehamilan.
  
BAB IV
PENUTUP

4.1.     Simpulan
4.1.1.        Pengertian simbol
Simbol adalah suatu konsep atau interpretasi yang ada dalam pikiran seseorang terhadap suatu objek tertentu dan objek tersebut tidak tervisualisasikan secara langsung. Sehingga, para pembaca harus menginterpretasi menurut pikiran mereka masing-masing.
Dalam karya sastra kita harus bisa membedakan simbol dalam karya sastra dan simbolisme dalam karya sastra. Simbol dalam karya sastra adalah simbol-simbol yang ada dalam sebuah karya sastra. Simbol akan dimaknai berbeda oleh setiap orang tergantung bagaimana pembaca menginterpretasi terhadapa simbol tersebut. Selain mengungkapkan simbol, karya sastra sendiri adalah sebuah simbol verbal kebudayaan yang menyurat dan menyiratkan sebuah nilai tertentu. Oleh karena itu, kebudayaan bisa dipelajari melalui karya sastra. Sedangkan simbolisme dalam karya sastra adalah suatu aliran dalam kesusastraan, seperti yang dijelaskan oleh Wahyudi (1992 :85) bahwa simbolisme merupakan suatu aliran dalam kesusastraan yang menggambarkan pengalaman batin, pikiran, emosi, melalui objek-objek, kata-kata, bunyi-bunyi yang memunyai fungsi simbolik maksudya objek, kata, dan bunyi yang memunyai makna referensi. Penulis terkadang mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk simbol yang nantinya akan ditafsirkan atau dimaknai sendiri oleh pembaca.
4.1.2.        Pengertian cerpen
Cerpen merupakan karya sastra yang mengungkapkan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang melalui bahasa. Cerpen adalah salah satu prosa fiksi yang merupakan sebuah dunia simbol. Dalam cerpen yang berisi cerita narasi yang fiktif dan relatif pendek yang bisa dibaca dalam sekali duduk memiliki bahasa yang khas yang mengungkapkan simbol.

4.1.3.        Simbol-simbol yang ada dalam cerpen Hills like White Elephants
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, simbol-simbol yang ada dalam cerpen Hills like White Elephants adalah sebagai berikut :
4.1.3.1. Bukit-bukit bagai gajah putih
4.1.3.2. Jalur rel yang melewati stasiun
4.1.3.3. Keterbukaan dan suasana sepi di stasiun
4.1.3.4. Bukit-bukit yang panjang dan putih, Sungai Ebro, ladang gandum dan   pepohonan
4.1.3.5. Bayangan awan dan sisi lembah kering yang tandus dan steril
4.1.3.6. Stiker dari berbagai hotel dan rel kereta


DAFTAR PUSTAKA

ü   Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada University Press.
ü   Sayuti, Suminto. 1992. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud.
ü   Sumardjo, Jakob dan Saini. 1991. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
ü   Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
ü   Sumarto, A. Sardju. 1984. Pengantar Linguistik Umum. Bandung: Institut Tekhnik Bandung.
ü   Supratno, Haris. 2010. Sosiologi Seni: Wayang Sasak Lakon Dewi Rengganis Dalam Konteks Perubahan Masyarakat Di Lombok. Surabaya: Unesa Univesity Press.